Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP
Rabu, 19 Oktober 2016
Edit
 Berikut ini adalah berkas buku Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP. Diterbitkan oleh Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Tahun 2017.
 
  
  
 
 ![]()  | 
| Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP | 
Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP
 Berikut ini kutipan keterangan dari isi buku Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP:
  Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran bahasa di SMP adalah dengan mengadakan laboratorium bahasa untuk SMP. Berdasarkan pemantauan, banyak    di antara laboratorium bahasa yang telah diadakan tersebut belum dimanfaatkan, dikelola, dan dikembangkan dengan maksimal. Sejumlah laboratorium bahasa hanya sesekali saja dipakai untuk pembelajaran. Bahkan ada beberapa diantaranya yang rusak tanpa hampir pernah  dipergunakan.  Dengan  demikian,  tujuan  diadakannya  laboratorium  bahasa dengan investasi dana yang besar tidak dapat tercapai. Proses pembelajaran bahasa tetap saja kurang berkualitas.
  Kurang maksimalnya pemanfaatan laboratorium bahasa ini terutama disebabkan karena guru bahasa tidak mengetahui cara mengoperasikan, mengelola, dan mengembangkan laboratorium bahasa. Penyebab lainnya adalah bahwa laboratorium bahasa tidak memiliki laboran atau teknisi. Ini menyebabkan laboratorium bahasa kurang terawat. Setiap kerusakan kecil tidak dapat segera tertangani sehingga kerusakan menjadi serius, dan akhirnya laboratorium bahasa tidak dapat berfungsi. Terbatasnya perangkat lunak (materi) yang tersedia juga menjadi penyebab kurang maksimalnya pemanfaatan laboratorium bahasa. Karena keterbatasan ini pembelajaran bahasa dalam laboratorium bahasa menjadi kurang bervariasi (biasanya hanya menyimak) atau bahkan tidak dapat berlanjut  karena materinya sudah habis  disajikan.  Keterbatasan  perangkat  lunak ini diperburuk dengan sangat terbatasnya dana yang dialokasikan secara rutin untuk pemeliharaan, penambahan dan pengembangan perangkat lunak.
  Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa ini disusun sebagai salah satu rujukan bagi sekolah, terutama guru dan laboran, dalam memanfaatkan, mengelola, dan mengembangkan laboratorium bahasa menuju laboratorium bahasa yang termanfaatkan dengan maksimal, terawat, dan berkembang sehingga pembelajaran bahasa menjadi lebih bermutu.
  DAFTAR ISI:
  BAB I PENDAHULUAN
  A.  Latar Belakang
  B.  Tujuan 
  C. Sasaran
  D. Dasar Hukum
  BAB II LABORATORIUM BAHASA SEBAGAI SARANA PENDUKUNG PEMBELAJARAN BAHASA 
  A.  Laboratorium Bahasa 
  B.  Peranan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa 
  C. Penggunaan Laboratorium Bahasa untuk Pembelajaran Komunikatif 
  BAB III JENIS-JENIS LABORATORIUM BAHASA DAN PEMBELAJARAN BAHASA DALAM LABORATORIUM BAHASA 
  A.  Jenis-jenis Laboratorium Bahasa 
  B.  Perangkat Lunak Laboratorium Bahasa 
  C. Ruang Laboratorium Bahasa 
  D. Pembelajaran Bahasa dalam Laboratorium Bahasa 
  E.  Langkah-langkah Pembelajaran Bahasa di Laboratorium Bahasa
  BAB IV PENGELOLAAN PERANGKAT LABORATORIUM BAHASA
  A.  Pengelolaan Administrasi
  B.  Pengelolaan Perangkat
  C. Perawatan dan Pemeliharaan
  D. Laboran
  BAB V PETUNJUK PENGGUNAAN LABORATORIUM BAHASA
  A.  Langkah-langkah Umum Penggunaan Laboratorium Bahasa
  B. Istilah Umum dalam  Pengoperasian Laboratorium Bahasa
  C. Moda Pengoperasian Perangkat Laboratorium Bahasa
  D. Petunjuk Pengoperasian Laboratorium Bahasa Tipe AAC
  BAB VII PENDAYAGUNAAN LABORATORIUM BAHASA SEBAGAI SELF- ACCESS LEARNING CENTRE
  A.  Pengembangan Laboratorium Bahasa menjadi SALC
  B.  Pemanfaatan Laboratorium Bahasa untuk SALC
  BAB VIII PENUTUP
  DAFTAR PUSTAKA
  GLOSARIUM
  DAFTAR TABEL
  Tabel Contoh Lembar Laporan keadaan Alat
  Tabel Contoh Kartu Peminjaman Barang
  Tabel Contoh Buku Inventarisasi Barang
  Tabel Contoh Katalog Program/Materi
  Tabel Contoh Buku Stok Barang
  Tabel Contoh Buku Harian
  Tabel Contoh Kartu Reparasi Alat
  DAFTAR GAMBAR
  Gambar 1. Contoh lay out ruang laboratorium bahasa konvensional
  Gambar 2. Contoh lay out ruang laboratorium bahasa U Shaped 
  Gambar 3. Contoh Struktur Pengelola Laboratorium Bahasa SMP
  LAMPIRAN
  1. Pemetaan KI dan KD Bahasa Inggris Kelas VII (berdasarkan Permendikbud No. 24 Tahun 2016)
  2. Contoh Skenario Pembelajaran berbasis pendekatan komunikatif
  3. Petunjuk Keselamatan Belajar dalam Laboratorium Bahasa
  4. Contoh tautan-tautan Sumber Belajar di Internet
  Latar Belakang
  Pembelajaran bahasa dalam koridor Kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk mencari tahu pengetahuan dan cara memeroleh pengetahuan tersebut serta membangun keterampilan berbahasa melalui authentic learning. Di sisi lain, guru dituntut untuk dapat menyediakan fasilitas belajar dan melaksanakan pembelajaran yang dapat membuat peserta didik mengalami proses authentic learning. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mampu menyelenggarakan pembelajaran otentik (authentic pedagogy) dan penilaian otentik (authentic assessment). Agar authentic pedagogy, authentic learning, dan authentic assessment dapat terwujud di kelas dengan baik, sarana dan prasarana pendukung beserta manajemen pengelolaan  sarana dan prasarana pendukung tersebut sangat diperlukan. Salah satu sarana yang diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran bahasa di sekolah adalah laboratorium bahasa.
  Sebagai salah satu alat dalam teknologi pembelajaran, laboratorium bahasa dalam pengertian yang sangat sederhana dapat hanya terdiri dari tape player. Dalam pengertian yang canggih, laboratorium bahasa dapat berupa seperangkat alat multimedia yang dapat digunakan  untuk  mengakses  berbagai  macam  sumber  belajar  bahasa.  Ciri  utamanya adalah adanya perangkat yang dapat digunakan untuk menyampaikan bahan audio dan atau visual kepada peserta didik. Selain itu, alat dan sumber belajar yang disediakan dalam  laboratorium  dapat  digunakan  oleh peserta didik  untuk belajar secara mandiri dengan sedikit atau tanpa kehadiran guru/laboran.
  Agar dapat menunjang kegiatan pembelajaran bahasa di sekolah, laboratorium bahasa harus dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam hal memberi fasilitas kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan dan eksplorasi atas fenomena dan tatabahasa dalam rangka  membangun  pengetahuan  kebahasaan  dan  untuk  melakukan  praktik berkomunikasi dalam bahasa dalam rangka membangun keterampilan berbahasa. Laboratorium bahasa juga berfungsi sebagai sarana yang dapat digunakan guru untuk melaksanakan pembelajaran saintifik dan penilaian otentik. Dengan dukungan laboratorium   bahasa,   guru   akan   mampu   menyelenggarakan   pembelajaran   dengan berbagai metode dan melaksanakan berbagai penilaian otentik dengan berbagai moda seperti unjuk kerja, observasi kegiatan diskusi peserta didik di laboratorium, dan tes atas kompetensi pengetahuan yang dilaksanakan di laboratorium bahasa.
  Bahwa dukungan laboratorium bahasa sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan pembelajaran bahasa di sekolah dinyatakan dalam PP No. 3 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua PP no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 43 ayat 1 dan 2. Di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah juga dinyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, dalam hal ini sarana laboratorium, diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Berdasarkan observasi di lapangan, ditemukan bahwa laboratorium bahasa yang ada di sekolah tidak selalu dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan ada yang hampir tidak dimanfaatkan   sama   sekali.   Keadaan   seperti   ini   tentu   tidak   diharapkan,   karena laboratorium bahasa yang diadakan dengan biaya yang tidak sedikit tersebut ternyata tidak membantu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas untuk meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik.
  Alasan tidak dimanfaatkannya laboratorium bahasa secara maksimal beragam. Ada guru yang merasa repot jika harus mengajar bahasa di dalam laboratorium karena harus melakukan persiapan lebih banyak dibandingkan dengan mengajar di ruang kelas biasa. Ada guru yang merasa takut mengajar di laboratorium karena jika terjadi kerusakan dia tidak dapat memperbaikinya sementara teknisi laboratorium tidak ada. Ada juga guru yang tidak mau mengajar di laboratorium karena ia tidak dapat mengoperasikannya. Dan masih banyak lagi alasan lainnya.
  Panduan pemanfaatan dan pengelolaan laboratorium bahasa ini disusun sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan mengatasi sebagian dari masalah-masalah yang ada di lapangan seperti tersebut di atas.
  Tujuan
  Secara umum tujuan penulisan panduan ini merupakan rujukan bagi sekolah dalam mengadakan,  memelihara,  memanfaatkan  dan  mengembangkan  laboratorium  bahasa untuk menciptakan pembelajaran bahasa yang berkualitas agar pencapaian belajar bahasa peserta didik meningkat. Tujuan khusus panduan ini adalah menyediakan panduan praktis pelaksanaan pembelajaran saintifik bahasa berbasis laboratorium kepada guru dan peserta didik
  Sasaran
  Dengan digunakannya panduan ini, guru diharapkan mampu menyelenggarakan pembelajaran bahasa di sekolah dengan baik melalui pemanfaatan secara maksimal sarana yang tersedia di laboratorium bahasa di sekolah. Dengan memanfaatkan sarana tersebut, guru   diharapkan   mampu   mengembangkan   berbagai   metode   pembelajaran   dan menerapkan berbagai  moda   penilaian otentik sehingga kualitas pembelajaran  bahasa peserta didik meningkat. Dengan dukungan sarana laboratorium bahasa dan dengan keberagaman metode pembelajaran dan moda  penilaian yang dilaksanakan guru, kualitas proses belajar peserta didik akan meningkat yang akan berujung pada penguasaan kompetensi pengetahuan dan keterampilan berbahasa yang baik.
  Dasar Hukum
 - Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301).
 - Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
 - Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia nomor 13 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
 - Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Sarana dan Prasarana Sekolah atau Madrasah Pendidikan Umum.
 - Surat Edaran Mendikbud Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 Tanggal 08 November 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013.
 - Surat Edaran Bersama Menteri Dalam Negeri RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 420/176/SJ dan Nomor 0258/MPK.A/KR/2014 tentang Implementasi Kurikulum 2013.
 - Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi lulusan pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
 - Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
 - Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
 - Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
 - Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
 
 Laboratorium Bahasa
  Secara konvensional, laboratorium bahasa pada umumnya berupa sebuah ruangan yang berisi   meja   atau   booth   yang   dilengkapi   dengan   tape   player   dengan   segala kelengkapannya   dan   control   booth   guru   atau   pengamat   dan   digunakan   untuk pembelajaran bahasa. Tape player memiliki fasilitas untuk play, rewind,  forward, dan record.  Peserta  didik  dapat  berlatih  menggunakan  bahan  rekaman  dan  mengikuti kegiatan pembelajaran bahasa secara individual atau berkelompok, dan guru dapat mendengarkan masing-masing peserta didik melalui headset.
  Pada saat ini, laboratorium bahasa konvensional di banyak lembaga telah digantikan dengan  laboratorium  multimedia  berupa  ruang   yang  dilengkapi  dengan   jaringan komputer yang terhubung dengan jaringan internet, perangkat lunak yang sesuai, dan peralatan lain yang dirancang untuk membantu peserta didik belajar bahasa baik dengan bimbingan guru maupun tanpa bimbingan guru. Laboratorium multimedia tidak hanya memenuhi fungsi yang ada pada laboratorium bahasa konvesional, namun juga memiliki fungsi-fungsi yang memungkinkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan berbagai moda dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang terkini (misal: penggunaan materi audiovisual dan program-program interaktif).
  Peranan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa
  Penggunaan laboratorium bahasa terutama untuk pembelajaran bahasa asing menjadi sangat populer sejak zaman Perang Dunia II, terutama di Amerika Serikat, dalam upaya melatih berbahasa asing bagi personel angkatan perang yang akan ditugaskan ke daerah- daerah pendudukan di negara asing. Laboratorium bahasa pada waktu itu dimanfaatkan terutama sebagai upaya mengatasi kekurangan tenaga guru. Jadi salah satu fungsinya adalah seolah-olah menggantikan tenaga guru. Sebagai “pengganti guru” potensi laboratorium bahasa yang paling besar ialah memberikan pelatihan yang bersifat menghafal dan menirukan (rote learning/listen & repeat) secara mekanistik tanpa lelah. Dengan   demikian   materi   pembelajaran   bahasa   pun   didesain   dengan   pendekatan mekanistik  yang tujuannya membentuk kebiasaan (habit forming) dalam menerapkan pola kalimat. Pendekatan semacam inilah yang disebut pendekatan audio-lingual, yang berdasarkan teori ilmu psikologi behaviorisme dan aliran linguistik struktural (structural linguistics). Ini merupakan penggunaan laboratorium bahasa dengan paradigma pembelajaran lama.
  Berbeda dari paradigma lama, paradigma baru laboratorium bahasa tidak memfungsikan laboratorium bahasa sebagai pengganti guru, melainkan sebagai sarana pendukung pembelajaran yang memungkinkan terjadinya pembelajaran otentik, pemanfaatan materi otentik serta penilaian otentik. Fungsinya tidak sebagai sarana pelatihan mekanistik yang bertujuan membentuk kebiasaan dalam pemantapan pola kalimat (pattern practice), melainkan   untuk   pelatihan   berkomunikasi   melalui   kegiatan   pembelajaran   yang berorientasi pada kegiatan belajar learning centered. Desain materi dan pendekatan yang digunakan  bukan   pendekatan  behavioristik,   melainkan  lebih  mendasarkan   kepada membangun keterampilan berbahasa dan kemampuan kognitif kebahasaan yang baik disamping sikap berbahasa yang baik pula. Pendekatan semacam inilah yang dinamakan pendekatan komunikatif (Communicative Approach/CA).
  Seiring dengan pelaksanaan pembelajaran ilmiah dan model-model pembalajaran lainnya dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa, pemanfaatan laboratorium bahasa untuk pembelajaran hendaknya mencakupi tiga ranah, yaitu: 1) pemberian pengalaman tentang aspek komunikasi yang dipelajari (exposure); 2) pelatihan keterampilan berbahasa (skill building); dan 3) pembuktian (inquiry/discovery) kaidah-kaidah berbahasa (misal: tatabahasa).
  Penggunaan Laboratorium Bahasa untuk Pembelajaran Komunikatif
  Untuk menyelenggarakan pembelajaran bahasa komunikatif   di laboratorium bahasa, prinsip-prinsip penting berikut ini perlu dipahami dan diterapkan:
  1.   Transfer of information
  Latihan berkomunikasi harus melibatkan transfer informasi dari peserta didik yang satu kepada  yang  lain.  Tanpa  adanya  transfer  informasi,  prosesnya  tidak  dapat  disebut sebagai kegiatan/latihan komunikasi.
  2.   Information gap
  Supaya terjadi transfer informasi, maka harus ada kesenjangan informasi di antara para peserta didik. Artinya, dalam situasi berkomunikasi satu pihak mempunyai informasi yang akan ditransfer, sedangkan yang lain tidak memiliki informasi tersebut. Apabila kedua pihak mempunyai informasi yang sama, maka situasi itu bukanlah situasi berkomunikasi tetapi hanya merupakan komunikasi semu.
  3.   Task dependency
  Peserta  didik  hanya  akan  dapat  menyelesaikan  tugas  ke  dua  apabila  dia  dapat menyelesaikan tugas pertama dengan baik. Oleh karena itu setiap peserta didik akan merasa bertanggungjawab untuk menyelesaikan setiap tugas dengan sempurna.
  4.   Self-motivated participation
  Keikutsertaan  untuk  terlibat  aktif  dalam  pembelajaran  didorong  oleh  motivasinya sendiri, bukan semata-mata karena mendapat tugas dari luar (misalnya guru dan buku).
  5.   Student-centred activity
  Kegiatan yang berpusat pada kepentingan sesama peserta didik, bukan semata-mata untuk memuaskan tugas terstruktur dari guru.
  6.   Inter-student communication
  Dalam berlatih, terbina komunikasi antarpeserta didik, bukan komunikasi yang selalu melibatkan guru.
  7.   Student interaction and cooperation
  Dalam  berlatih  bersama,  terbina  interaksi  antar  peserta  didik  dalam  memecahkan persoalan   bersama,   sebagaimana   layaknya   komunikasi   dalam   pergaulan   yang wajar/alami.
  8.   Non-judgemental evaluation
  Penilaian hasil kerja yang tidak bersifat “memvonis” sebagai “salah” atau “benar”, melainkan bersifat “meluruskan” agar isi informasi tidak melenceng.
  9.   Correction of the content
  Apabila terjadi kesalahan dalam penyelesaian tugas, maka koreksi dilakukan hanya kalau kesalahan itu mengakibatkan isi informasi menjadi melenceng/salah. Kesalahan tata bahasa dikoreksi pada waktu lain tersendiri. 
  10. Self-correction
  Karena pada waktu mengerjakan latihan seorang peserta didik merasa bertanggung jawab untuk melanjutkan ke tugas berikutnya (prinsip no. 3), maka dia akan sadar dengan sendirinya apabila yang bersangkutan membuat kekeliruan pada waktu mengerjakan tugas/latihan.
  11. Subconscious working on grammar
  Menguasai kaidah tatabahasa secara tidak langsung melalui kegiatan berkomunikasi dengan bahasa target.
  12. Group problem solving
  Berdiskusi,  kalau perlu  berdebat  secara sehat,  di  antara rekan  sekelompok  dengan tujuan memecahkan masalah yang dihadapi bersama.
  Ilustrasi berikut memberi gambaran yang lebih jelas mengenai penerapan perinsip-prinsip pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa sebagaimana diuraikan di atas.
  Simulasi dengan tiga orang peserta didik:
  Peserta didik A (berperan sebagai ayah) menyuruh peserta didik B (anak) menelpon stasiun kereta api untuk menanyakan jadwal kereta. Peserta didik B menelpon stasiun, diterima oleh peserta didik C (petugas). Proses simulasi (role play) ini dilaksanakan dalam laboratorium bahasa dan direkam. Prinsip 1 yang dipenuhi dalam simulasi ini adalah adanya penyampaian pesan dalam bahasa target. Prinsip 2 dalam simulasi ini adalah bahwa untuh menyampaikan informasi, terdapat kesenjangan informasi (misal: jam berapa kereta X berangkat). Prinsip 3 adalah bahwa peserta didik akan dapat menyelesaikan  tugas  pertama  (yaitu  memahami  perintah  untuk  menanyakan  jadwal kereta,  dan  seterusnya).  Prinsip  4  adalah  bahwa  peserta  didik  berusaha  karena  ada motivasi diri untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Prinsip 5 adalah bahwa kegiatan ini dilaksanakan oleh peserta didik dalam rangka membangun keterampilan berbahasa dan pengetahuan  berbahasa  mereka.  Prinsip  6  adalah  bahwa  peserta  didik  terlibat  dalam meaning  negotiation‟  selama berkomunikasi. Prinsip 7 dan 12 adalah bahwa peserta didik saling berinteraksi dan saling membantu untuk memahami ungkapan-ungkapan kebahasaan. Prinsip 8 adalah apabila seorang peserta didik membuat kesalahan  yang mengakibatkan informasinya tidak tepat, maka informasi itulah yang akan diluruskan, bukan  peserta  didik/kelompok  yang  “disalahkan”.  Prinsip  9  dan  10  adalah  apabila terdapat ketidaksesuaian informasi, maka masing-masing peserta didik akan tahu dengan sendirinya siapa yang membuat kekeliruan dengan memutar ulang rekaman simulasi tersebut dan peserta didik yang bersangkutan akan berusaha mengoreksi kekeliruannya. Tentu saja yang dikoreksi adalah isi pesannya. Prinsip 11 adalah bahwa di dalam mengutarakan gagasan dan pesan dalam bahasa target, peserta didik secara tidak langsung belajar dan menguasai tatabahasa terkait.
  Pembelajaran di atas dapat dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut.
 - Guru memutar contoh peristiwa komunikasi (video) yang mirip dengan peristiwa komunikasi yang digunakan dalam simulasi di atas. Peserta didik diminta untuk mengamati dan mengidentifikasi ungkapan-ungkapan kebahasaan yang ada di dalam video.
 - Guru beserta peserta didik membahas ungkapan-ungkapan kebahasaan yang sudah teridentifikasi.
 - Peserta didik mencoba menggunakan ungkapan-ungkapan tersebut dalam role play.
 - Peserta didik berefleksi dengan mendengarkan rekaman role play mereka dengan tujuan untuk mengidentifikasi pelafalan, tatabahasa, dan kesesuaian pesan.
 
Download Buku Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP
Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP ini silahkan lihat atau unduh pada link di bawah ini:Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP
 Download File:
 Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP.pdf
Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file buku Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP. Semoga bisa bermanfaat.
