Belajar Menikmati Hidup
Minggu, 16 September 2018
Edit
Hidup merupakan suatu karunia. Lebih andal lagi, kita diberi kebebasan untuk menentukan cara atau pandangan hidup sehingga kita sanggup berkarya, beraktivitas, maupun menghadapi tantangan yang menghiasi pengalaman kita. Lalu, mengapa harus ditekankan untuk “belajar” menikmati hidup? Padahal, kita sudah terbiasa setiap hari menjalani hidup. Apakah ada yang salah dan perlu dipelajari?
Untuk lebih mempunyai hidup yang berkualitas dan “tidak sekadar menghabiskan karunia waktu” yang kita miliki, hidup kita perlu tertata dengan baik. Tidak sembarang melaksanakan acara tanpa kendali. Tidak sekadar ber”haha-hihi” tanpa henti yang berdasarkan sebagian orang dengan bisa tertawa, maka kita sudah sanggup menikmati hidup. Tetap harus ada pola, harus ada target, harus ada aba-aba dan tujuan hidup yang perlu kita gariskan dengan tegas dan mantap.
Di sinilah kita perlu mencar ilmu menikmati hidup, proses yang sanggup kita jalani sepanjang umur kita. Belajar wacana hidup, baik dalam suka maupun dukanya, dalam kekuatan maupun kelemahan, dalam cinta bahkan dalam kebencian. Semua makna itu perlu dicerna, dianalisis, dipelajari, kemudian diambil hikmahnya untuk dimengerti.
Sederhana dan Tidak Rumit
Jangan beranggapan bahwa mencar ilmu menikmati hidup yaitu sesuatu yang rumit. Bahkan sebaliknya, kita sanggup mencar ilmu dengan sederhana, mudah, dan mengasyikkan. Nikmatilah hidup dengan segala misteri dan seluk-beluknya sesuai pengalaman diri sendiri dan orang lain. Kita perlu mencar ilmu dari pengalaman orang lain sebab mustahil kita bisa mempelajari setiap hal berdasarkan pengalaman diri sendiri. Durasi kita hidup di dunia ini bukankah terbatas ruang dan waktu? “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.”
Oke, kita bisa mempelajari bagaimana menghadapi persoalan, bagaimana orang lain terpaksa mengalah terhadap kegagalan, bagaimana diri kita sendiri harus berpengaruh dalam cobaan, juga apa yang perlu kita lakukan untuk menuju impian yang kita inginkan. Cukupkah pengalaman kita untuk menjadi yang terdepan, yang terhebat, tanpa harus melukai eksklusif orang lain. Selain itu, bagaimana hidup kita harus dipenuhi “rasa memberi daripada berlimpah menerima”, bagaimana kita harus menikmati waktu santai, waktu pemulihan diri dari kepenatan, juga bagaimana kita harus benar-benar fokus dalam memimpin diri sendiri untuk kebaikan dan kesuksesan. Semua itu perlu kita maknai, nikmati, dan pelajari semoga kita tidak terjerembab ke dalam hidup yang sekadar hidup, tanpa kualitas maupun ketegaran di ketika harus menikmati hidup yang berat.
Memerhatikan Sesama
Dalam proses mencar ilmu menikmati hidup, jangan lupakan interaksi dengan sesama. Ada orang lain, ada sesama yang kita butuhkan untuk menikmati hidup. Oleh sebab itu, kita juga perlu terus-menerus mencar ilmu menghargai orang lain, mencar ilmu memberi makna kehadiran mereka di sela-sela waktu dan ruang yang kita pergunakan untuk menikmati hidup. Tanpa kehadiran sesama, hidup kita tidak akan berarti. Kita tidak akan mungkin bisa bergerak dengan baik dan berirama jikalau tidak ada eksklusif lain, yakni orang yang juga mempunyai keinginan untuk menikmati hidup dengan sempurna.
Saling menghargai menjadi penting semoga kita dan orang lain bisa sama-sama menikmati hidup; penuh perdamaian, keteduhan, dan tidak ada rasa saling mengganggu juga permusuhan. Hidup menjadi benar-benar hidup dan sangat membahagiakan ketika kita bersama sesama bisa menjalankan acara tanpa ketakutan, kecurigaan, dan keinginan untuk saling mengalahkan yang berakibat pada saling merugikan.
Belajar menikmati hidup dengan cara mencar ilmu menghargai diri sendiri dan sesama juga akan semakin indah bila kita bisa senantiasa introspeksi, apakah kita sudah benar-benar menikmati hidup ataukah kita menghabiskan waktu untuk mengeluh dan mengumpat sebab hidup seakan banyak beratnya dibanding ringannya. Padahal, kita hanya selalu ingat akan beban berat, tantangan yang besar, tanpa selalu ingat karunia-karunia kecil yang setiap hari kita terima tanpa syarat apa pun.