Mengapa Kita Membaca Al-Quran Meskipun Tidak Mengerti Satupun Artinya
Sabtu, 05 Januari 2019
Edit
Al-Hasan bin ‘Ali ra. berkata:
“Generasi sebelum kalian telah memandang Al-Quran sebagai surat dari Tuhan (Kekasih) mereka, yang mereka baca dan hayati di kala malam, dan mereka terapkan di kala siang. ”
Maka, “Siapa saja yg menyayangi al-Quran, pasti ia menyayangi Allah dan Rasul-Nya.” demikian tutur Ibnu Mas’ud. (’Abdul ‘Aziz Musthofa, Syarah al-Asbab al-’Asyrah al-Mujabah li Mahabbatillah, hal. 13 dan 15)
Mengapa Kita Membaca Al-Qu'ran Meskipun Tidak Mengerti Satupun Artinya
Seorang muslim renta Amerika tinggal di sebuah perkebunan/area di sebelah timur Pegunungan Kentucky bersama cucu laki-lakinya. Setiap pagi Sang kakek bangkit pagi dan duduk erat perapian membaca Al-qur’an. Sang cucu ingin menjadi menyerupai kakeknya dan memcoba menirunya menyerupai yang disaksikannya setiap hari.
Suatu hari ia bertanya pada kakeknya : “ Kakek, saya coba membaca Al-Qur’an sepertimu tapi saya tak dapat memahaminya, dan walaupun ada sedikit yang saya pahami segera saya lupa begitu saya final membaca dan menutupnya. Kaprikornus apa gunanya membaca Al-quran bila tak memahami artinya ?
Sang kakek dengan damai sambil meletakkan batu-batu di perapian, memjawab pertanyaan sang cucu : “Cobalah ambil sebuah keranjang watu ini dan bawa ke sungai, dan bawakan saya kembali dengan sekeranjang air.”
Anak itu mengerjakan menyerupai yang diperintahkan kakeknya, tetapi semua air yang dibawa habis sebelum ia hingga di rumah. Kakeknya tertawa dan berkata, “Kamu harus berusaha lebih cepat lain kali “.
Kakek itu meminta cucunya untuk kembali ke sungai bersama keranjangnya untuk mencoba lagi. Kali ini anak itu berlari lebih cepat, tapi lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum hingga di rumah.
Dengan terengah-engah ia menyampaikan kepada kakeknya, mustahil membawa sekeranjang air dan ia pergi untuk mencari sebuah bejana untuk mengganti keranjangnya.
Kakeknya menyampaikan : ”Aku tidak ingin seember air, saya ingin sekeranjang air. Kamu harus mencoba lagi lebih keras. ” dan ia pergi ke luar untuk menyaksikan cucunya mencoba lagi. Pada ketika itu, anak itu tahu bahwa hal ini tidak mungkin, tapi ia ingin menyampaikan kepada kakeknya bahwa meskipun ia berlari secepat mungkin, air tetap akan habis sebelum hingga di rumah. Anak itu kembali mengambil / mencelupkan keranjangnya ke sungai dan lalu berusaha berlari secepat mungkin, tapi ketika hingga di depan kakeknya, keranjang itu kosong lagi. Dengan terengah-engah, ia berkata : ”Kakek, ini tidak ada gunanya. Sia-sia saja”.
Sang kakek menjawab : ”Nak, mengapa kau berpikir ini tak ada gunanya?. Coba lihat dan perhatikan baik-baik keranjang itu .”
Anak itu memperhatikan keranjangnya dan gres ia menyadari bahwa keranjangnya nampak sangat berbeda. Keranjang itu telah berubah dari sebuah keranjang watu yang kotor, dan kini menjadi sebuah keranjang yang bersih, luar dan dalam. ” Cucuku, apa yang terjadi ketika kau membaca Qur’an ? Boleh jadi kau tidak mengerti ataupun tak memahami sama sekali, tapi ketika kau membacanya, tanpa kau menyadari kau akan berubah, luar dan dalam.
Source: - themagicofscience
- hizbut-tahrir.or.id Berbagai Sumber