Peninggalan Sejarah Kerajaan Budha Di Indonesia
Selasa, 18 September 2018
Edit
1. Kerajaan Kaling
Kerajaan Kaling atau Holing terletak di kawasan Jawa Tengah. Hal ini menurut gosip dari Cina, yaitu Dinasti Tang (618-906). Dari sumber tersebut, pada tahun 647 M, kerajaan ini diperintah oleh Ratu Simo (Sima) dan rakyat hidup makmur.
Pada tahun 664 M, seorang pendeta Buddha dari Cina yang berjulukan Hwining tiba ke Kaling. Selama tiga tahun di Kaling, ia menerjemahkan Kitab Buddha Hinayana. Peninggalan sejarah berupa prasasti terdapat di Desa Tukmas di kaki gunung Merbabu. Prasasti tersebut bertuliskan tahun 650 M dan ditulis memakai aksara Pallawa dalam bahasa Sanskerta.
2. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada masa ke-7 dengan raja pertama Sri Jayanegara dan berpusat di Palembang, Sumatera Selatan (Muara Sungai Musi). Sriwijaya mengalami zaman keemasan pada ketika diperintah oleh Raja Balaputradewa, putera dari Samaratungga dari Jawa pada masa ke-9. Wilayah Sriwijaya mencakup hampir seluruh Sumatra, Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Semenanjung Melayu. Oleh lantaran itu, Sriwijaya disebut Kerajaan Nusantara pertama.
Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim, sentra pendidikan dan penyebaran agama Buddha, dan sebagai sentra perdagangan.
a. Dikenal sebagai kerajaan maritim lantaran memiliki angkatan bahari yang tangguh dan wilayah perairan yang luas. Karena begitu luas wilayahnya, maka Sriwijaya disebut sebagai Kerajaan Nusantara pertama.
b. Dikenal sebagai sentra pendidikan penyebaran agama Buddha, dengan bukti catatan I-tsing dari Cina pada tahun 685 M, yang menyebut Sriwijaya dengan She-le-fo-she. Bukti yang kedua yaitu Sakyakirti dan Dharmapala dari India, seorang guru agama Buddha yang terkenal.
Banyak pula cowok Sriwijaya yang dikirim ke Perguruan Tinggi Nalanda (India) untuk berguru agama Buddha.
c. Dikenal sebagai sentra perdagangan lantaran Palembang sebagai jalur perdagangan nasional dan internasional. Banyak kapal yang singgah sehingga menambah pemasukan pajak.
Peninggalan sejarah berupa Candi Muara Takus dan bangunan tempat suci Biara Bakal, serta prasasti yang ditulis dengan aksara Pallawa berbahasa Melayu Kuno. Ada lima buah prasasti, yaitu Prasasti Kedukan Bukit (605 M ), Prasasti Talang Tuo (684 M), Prasasti Telaga Batu (ketiga prasasti tersebut ditemukan di erat Palembang), Kota Kapur di Pulau Bangka (686 M), Karang Berahi di Jambi (686 M).
Keruntuhan Sriwijaya disebabkan oleh faktor dari dalam dan dari luar negeri. Pada tahun 1025, Sriwijaya diserbu Raja Colamandala dari India Selatan dan Raja Sanggrama Wijayatunggawarman ditawan. Kemudian, tahun 1275 M, Singasari menyerang Kerajaan Sriwijaya dan tahun 1277 M, Kerajaan Majapahit juga menyerang Kerajaan Sriwijaya.